https://www.notarisdanppat.com Kevin dan Aisyah baru saja menikah dan mulai merencanakan masa depan mereka, termasuk urusan pajak. “Harus pisah harta atau pakai NPWP gabungan ya?” tanya Kevin sambil menyeruput kopinya.
“Hmm… kalau kita pakai NPWP gabungan, berarti semua penghasilan kita dihitung satu kesatuan,” jawab Aisyah, mencoba mengingat apa yang pernah ia baca soal pajak keluarga.
Dalam sistem perpajakan Indonesia, pasangan suami-istri dianggap sebagai satu unit ekonomis berdasarkan Pasal 8 UU Pajak Penghasilan. Ini berarti, jika tidak ada perjanjian pisah harta, penghasilan suami dan istri digabungkan dalam satu NPWP atas nama kepala keluarga (biasanya suami). Tapi bukan berarti tidak ada pilihan lain. Mari kita bahas lebih lanjut.
Pilihan 1: NPWP Gabungan – Simpel tapi Ada Konsekuensinya Jika memilih NPWP gabungan, suami adalah wajib pajak utama dan semua penghasilan istri dianggap sebagai tambahan penghasilan keluarga. Ini artinya, pajak dihitung berdasarkan total pendapatan mereka berdua, yang bisa berakibat tarif pajak lebih tinggi karena kenaikan penghasilan kena pajak.
Kelebihan:
- Administrasi pajak lebih mudah.
- Penghasilan yang lebih rendah bisa menurunkan beban pajak efektif.
Kekurangan:
- Jika istri memiliki penghasilan tinggi, total pajak bisa meningkat karena kenaikan bracket pajak progresif.
- Istri tidak bisa mengajukan pajak sendiri atau memiliki laporan SPT terpisah.
Pilihan 2: NPWP Terpisah dengan Status Pisah Harta (PH) atau MT (Memilih Terpisah) Jika pasangan ingin memiliki kemandirian finansial dalam pajak, mereka bisa memilih NPWP terpisah dengan status PH atau MT.
- Pisah Harta (PH): Berlaku jika ada perjanjian pisah harta yang dibuat sebelum atau setelah menikah.
- Memilih Terpisah (MT): Tidak perlu perjanjian pisah harta, tapi istri tetap memilih untuk mengurus pajaknya sendiri.
Kelebihan:
- Istri bisa melaporkan SPT sendiri dan mengatur kewajiban pajaknya secara mandiri.
- Tarif pajak mungkin lebih ringan jika penghasilan istri cukup besar karena tidak langsung menaikkan bracket pajak suami.
Kekurangan:
- Lebih banyak administrasi pajak karena masing-masing harus mengajukan SPT sendiri.
- Jika tidak dikelola dengan baik, bisa ada kebingungan dalam alokasi penghasilan dan kewajiban pajak.
Mana yang Harus Dipilih? Situasi setiap pasangan berbeda. Jika istri tidak memiliki penghasilan atau hanya berpenghasilan kecil, NPWP gabungan bisa jadi pilihan paling simpel. Namun, jika istri memiliki penghasilan yang signifikan, NPWP terpisah bisa lebih menguntungkan secara pajak.
baca juga
- Konsultan Pajak Bukan Buat Sultan Doang: Semua Orang Bisa Pake
- Terjebak Sengketa Pajak? Chill, Ini Cara Lo Bisa Lawan Lewat Jalur Litigasi
- Jual vs Sewa Properti Sama-Sama Kena Pajak Tapi Cara Kenaikannya Beda Gengs
- PPN 0% ITU BUKAN FREE PAJAK YAA, JANGAN KE-GASLIGHT SAMA ANGKA 0
- Deposito Kena Pajak? Gak Salah Baca, Bro! Cek Dulu Biar Gak Zonk Saat Dapet Bunga
Contoh nyata? Dimas dan Rani, pasangan muda yang bekerja di industri kreatif. Dimas adalah freelancer dengan penghasilan fluktuatif, sedangkan Rani memiliki gaji tetap sebagai eksekutif di startup. Awalnya mereka memilih NPWP gabungan, tapi setelah menyadari beban pajak yang lebih besar, mereka beralih ke NPWP terpisah agar tarif pajak Rani tidak ikut terdorong naik oleh penghasilan Dimas yang besar di bulan-bulan tertentu.
Bingung memilih? Jangan sampai salah langkah! Konsultan Pajak Jakarta bisa membantu Anda memahami dampak pajak dari setiap pilihan dan memberikan solusi terbaik sesuai kondisi finansial Anda dan pasangan. Karena pajak bukan hanya tentang membayar, tapi juga tentang strategi mengelola keuangan keluarga dengan cerdas.